Penulis : Titin Matil Miryad, Mahasiswi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Mataram.
Lombok Fokus | Dalam kehidupan, kesehatan merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan khususnya pada remaja yang memiliki karakter yang kurang stabil. Kesehatan adalah hal terpenting yang harus diperhatikan, bukan hanya kesehatan jasmaniah melainkan kesehatan mental seseorang. Kesehatan jasmaniah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya dengan minum, tidur, makan dan olahraga. Kesehatan mental yang berguna untuk memenuhi kebutuhan rohani yaitu berupa kebahagiaan, kedaimaian dan ketenangan dalam kehidupan seseorang. Kesehatan mental merupakan suatu titik terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemajuan dirinya.
Dapat dilihat bahwa tanda seseorang yang dapat mewujudkan keharmonisan antara fungsi jiwanya seperti berpikir, merasa, mereka senantiasa akan lebih positif thinking, ikhlas dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Semua orang pasti memiliki masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan tingkat kompleksitas yang beragam pula.
Kriteria seseorang yang sehat secara jiwa dan mental diantaranya ampu menyesuaikan diri dengan baik pada kenyataan, Tidak bisa dipungkiri di dalam kehidupan semua akan mendapat masalah yang berbeda kita harus siap menghadapi dan menjalaninya, adanya kepuasan dalam diri, baik kepuasan atas usaha atau memberi sesuatu, adanya hubungan antar manusia, seperti sikap saling tolong-menolong, menjalankan tugas sebagaai makhluk sosial adalah bagian membangun kesehatan mental yang lebih baik, introspeksi diri Perlunya pengenalan terhadap diri untuk segala hal yang dilakukan, menyelesaikan permusuhan secara kreatif dan konstruktif.
Mempunyai rasa kasih sayang, Kasih sayang harus mampu ditebarkan agar kita beroleh kedamaian terhadap sesama dan kehidupan. Dari kriteria yang disebutkan oleh WHO tersebut wajiblah dimiliki oleh setiap individu, karena berhubungan dengan kondisi mental mereka. Jika kriteria tersebut dapat dimiliki oleh setiap individu, maka dapat meminimalisir terjadinya kondisi mental yang tidak sehat pada individu.
Kondisi mental health akan dialami seseorang dalam bentuk up and down. Keadaan down ini terjadi karena kondisi yang sering mengalami kita berpikir berlebihan. Saat kita sedang bersemangat, sehingga kita mulai berandai-andai, menghayal, hingga berpikir berlebihan. Ketika dalam kondisi down, pikiran negatif yang berlebihan akan mulai menghantui kita. Berpikir berlebihan menyebabkan kita semakin overthinking dan berandai-andai.
Menghayal memang tidak ada salahnya tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Banyak rencana yang dirancang manusia tapi Tuhan yang menentukan. Jangan biarkan pikiran kita berandai-andai mendahului takdir-Nya. Jangan juga membiarkan diri kita berpikir berlebihan sehingga memojokkan dan membandingkan diri dengan orang lain. Ketika dalam kondisi down, hati dan pikiran saling berkaitan, saling menyatukan rasa down. Akibatnya, kita akan semakin down dan tidak bersemangat menjalani hidup, bahkan bisa sampai berputus asa karena pikiran negatif yang berlebihan itu, overthinking. Untuk itu kita perlu memiliki motivasi untuk kembali mendorong semangat dan keluar dari zona down tersebut.
Kesehatan mental pada remaja harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesehatan mental (risk factor) dan factor faktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental (protective factor) pada remaja. Risk factor kemungkinan menyebabkan kerentanan dalam diri anak, sedangkan protective factor menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam diri anak. Apabila risk factor semakin meningkat, maka tingkat tekanan pada remaja semakin besar. Disamping itu, semakin banyak protective factor, maka besar kemungkinan anak untuk dapat terhindar dari gangguan.. Masalah kesehatan mental dapat muncul di berbagai area mulai dari ranah individu seperti penyalahgunaan zat, kejahatan, kekerasan, kehilangan produktivitas hingga bunuh diri. Kesehatan mental pada remaja melibatkan kapasitasnya agar mampu berkembang dalam berbagai area seperti biologis, kognitif dan sosial-emosional. Oleh karena itu, penting mengenal dan mengetahui tahapan perkembangan remaja yang akan mengalami kelanjutan ke fase dewasa yang jauh berbeda.
Faktor yang berasal dalam diri anak remaja seperti faktor genetik, temperamen, dan kesehatan fisik perlu diamati. Faktor dari keluarga meliputi pola asuh orang tua serta kelekatan anak terhadap orang tua. Membangun kedekatan orangtua terhadap remaja harus dibangun agar antara remaja dan orangtua memiliki chemistry dan kepercayaan satu sama lain. Orangtua juga dapat menjadi tempat berpulangnya remaja untuk dapat berbagi cerita mengenail hal hal yang telah dilalui, saling berbagi sharing yang membuat semakin mengenal sisi satu sama lain orangtua dan anak. Teori kelekatan (attachment) memperlihatkan bahwa anak-anak perlu membangun ikatan yang aman dengan pengasuh utama mereka di masa kecil. Ikatan yang aman ini penting untuk membangun kepercayaan dan rasa aman. Dengan adanya kedua hal tersebut, mereka dapat belajar dan melakukan eksplorasi terhadap dunia di sekitar mereka dengan percaya diri dan tanpa ketakutan yang berlebihan. Apa yang terjadi pada masa lalu akan memberikan dampak di kemudian hari.
Anak yang sejak kecil merasa aman akan dapat berkembang dengan baik karena semangat dan dorongan dari orang terdekat disekitarnya. Metode parenting sangat mempengaruhi rasa aman anak. Regulasi yang berlebihan, persyaratan yang tidak realistis, kebebasan yang tidak dibatasi, dan adanya mode komunikasi yang tidak didasari alasan bahwa informasi harus dijalankan berdampak besar pada kesehatan mental anak. Berlawanan dengan masa pubertas, masa pubertas merupakan masa awal (awal) dari adanya berbagai perilaku dan kondisi yang mempengaruhi kesehatan, dan juga dapat menimbulkan penyakit di masa dewasa. Keberadaan masa remaja merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh kaum muda. Pubertas mengacu pada masa transisi perkembangan yang ditandai dengan perubahan biologis yang mengarah pada kematangan fisik dan seksual. Tingkat hormon selama masa pubertas mempengaruhi respon stres tubuh dan otak.
Faktor penting lainnya adalah pengaruh teman sebaya, yang dapat membuat anak perlu mengembangkan keterampilan yang berkaitan dengan pengaturan diri dan pengaturan diri. Ketika seorang remaja dalam keadaan stress atau down dia akan melakukan pelarian terhadap hal hal baru yang mampu memberikan kesenangan tanpa mengetahui dampak kedepan. Setiap ajakan yang awalnya hanya mencoba karena dirasa baik happy sehingga memudahkan untuk terjerumus. Hal ini dapat membuat mereka merasa aman di lingkungan ketika remaja merasa diterima di lingkungan pertemanannya dan tidak membanding-bandingkan diri secara berlebihan. Penyakit mental, seperti gangguan kepribadian dan mood, mulai dari saat ini. Perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras, dan penggunaan obat-obatan terlarang biasanya dimulai pada masa remaja dan erat kaitannya dengan meningkatnya masalah yang berujung pada kematian.Ini merupakan tantangan kesehatan yang besar.
Untuk itu remaja harus mendapat pendampingan orangtua. Orang tua dapat memulai dengan memberikan nutrisi yang cukup pada anak, kesempatan pada anak untuk belajar baik sendiri maupun bersama teman, serta waktu untuk bermain yang akan meningkatkan kualitas hidup anak sedari dini. Pemberian pola pengasuhan yang memberikan rasa aman, adanya kedekatan terhadap seluruh anggota keluarga dan komunikasi yang terjalin dengan baik membuat keluarga menjadi sebuah sistem yang memiliki fungsi optimal pada pertumbuhan dan perkembangan anak.