Semangat Perjuangin Pendidikan Pelosok Desa, Kini Joni Bisa Bangunkan Sekolah Walau Masih Swadaya Masyarakat
LOTENG | Potret pendidikan pelosok desa memang sangat memprihatikan dari dulu. Tidak hanya kondisi bangunan sekolahannya saja, melainkan masih krisis moral dan etika, mengapa Joni Iskandar pria kelahiran Desa Montong Ajan Kecamatan Praya Barat Daya membangunkan sarana pendidikan di desanya.
Pasalnya, maraknya pernikahan dini hari raya dengan nasib menciptakan emas yang ada di desanya.
“Saya kasian melihat anak-anak pedesaan yang putus Sekolah karena tidak mampu sekolah lagi. Namanya juga pelosok desa kalau sudah SD langsung nikah, kalau gak nikah jadi pengembala lulus kerbau atau sapi,” katanya saat ditemui di rumah kemarin. (27/11)
Pihaknya mengakui, terbentuknya Sekolah SMP Islam Tanwirul Qulub merupakan hasil dari swadaya masyarakat, murni dari keinginan masyarakat.
“Dari masyarakat, untuk masyarakat dan kembali ke masyarakat,” tuturnya.
Diakuinya, sebagai dirinya menuntut ilmu dari Yaman, pihaknya dipengaruhi oleh masyarakat untuk membentuk Sekolah atau Madrasah peradaban desa setempat.
“Tanpa pikir panjang saya mengiyakan keinginan tersebut dan langsung administrasi administrasinya. Alhamdulillah proses administrasi lancar dan kita mulai gotong royong bersama warga untuk pembangunan pondasi dan lantai gedung,” katanya.
Walaupun setelah berdirinya Sekolah itu, mengundang banyak pro kontra dari kalangan masyarakat pendatang. Banyak kepala yang menolak dan teman karena minimnya fasilitas dan pelayanan.
“Waktu berdirinya Sekolah ini kita dihujani banyak cobaan. Karena saat itu juga saya baru menikah dan ekonomi keluarga juga sangat tidak mendukung. Akan tetapi kami tetap berpegang teguh dan yakin bahwa suatu saat nanti pemuda dan generasi desa ini dapat menjadi generasi penerus dan bisa membawa nama baik keluarga maupun desa, “ucapnya.
Joni Iskandar selaku ketua Yayasan bersedia, setelah adanya Sekolah dan beberapa majelis lainnya. Angka dini pernikahan mulai berkurang dan anak-anak pedesaan sudah tidak mengembala lagi.
“Alhamdulillah sekarang anak-anak bisa melakukan aktifitas positif seperti Sekolah, mengaji dan bermain. Sudah jarang melihat anak-anak kecil mengembala sapi lagi atau ngaret sampi,” katanya.
Sementara itu, tenaga pendidik sudah lumayan membaik. Pasalnya, pihaknya selalu mengutamakan kesejahteraan dan keaman guru selama proses pembelajaran.
Meskipun demikian, pihaknya tak pernah lengah untuk mengembangkan dunia pendidikan di desanya. Kondisi bangunan Sekolah yang tidak layak ditempatkan sebagai lokais belajar menjadi semangatnya untuk berjuangan dan maju.
“Yang sangat memprihatikan dari siswa kami adalah saat kemarau tiba. Mereka tidak ada yang menggunakan sepatu ke Sekolah karena jalannya terlalu becek. Kita juga tidak bisa menahan siswa harus disiplin dan rapi sementara keadaan di lapangan berbanding kebalik dengan benar,” ucapnya.
Ia berharap, semoga dinas terkait atau ada dermawan yang bisa terbuka hatinya untuk mendonasikan sedikit rizkinya demi kelancaran pembangunan dan fasilitas kelengkapan Sekolah.
“Ini semua niatkan kita untuk menciptakan generasi muda yang cerdas dan bermartabat,” harapnya. (*)
www.lombokfokus.com