LombokFokus|Loteng — Di era digital ini, media sosial bagaikan pisau bermata dua, dapat jadi alat untuk menambah wawasan, tapi juga dapat menjerumuskan jika digunakan tanpa bijak. Menyadari pentingnya membimbing generasi muda, SMAN 1 Praya mengambil langkah tegas untuk membentuk kebiasaan positif siswa dalam bermedia sosial.
Fenomena seperti perundungan siber (cyberbullying), penyebaran hoaks, hingga ujaran kebencian di kalangan pelajar menjadi perhatian khusus di SMAN 1 Praya. Kepala SMAN 1 Praya, H. Kadian, menegaskan jika pihaknya tidak hanya memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar, tetapi juga fokus pada edukasi tentang dampak dan konsekuensi dari setiap tindakan di dunia digital.
“Kami ingin siswa mengerti bahwa apa yang mereka lakukan di media sosial punya konsekuensi nyata. Jadi, pendekatan kami bukan hanya menghukum, tapi juga membimbing mereka menjadi pengguna media sosial yang lebih bijak,” ujar H. Kadian, Rabu (12/3/2025).
Untuk mencegah penyalahgunaan media sosial, SMAN 1 Praya menerapkan dua pendekatan utama, yaitu disiplin dan bimbingan. Pendekatan disiplin menekankan penerapan tata tertib sekolah dan pemberian sanksi bagi siswa yang melanggar aturan. Sementara itu, pendekatan bimbingan lebih menitikberatkan pada komunikasi dan pendampingan siswa secara langsung, melalui Guru Bimbingan dan Konseling (BK) serta wali kelas.
Guru BK berperan aktif membangun komunikasi tatap muka dengan siswa yang bermasalah. Tak hanya itu, wali kelas juga dilibatkan sebagai pihak yang mendampingi siswa sehari-hari dan menjadi jembatan komunikasi antara sekolah, siswa, dan orang tua.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa. Menurut H. Kadian, kolaborasi ini penting untuk memahami akar permasalahan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, sehingga solusi yang diberikan bisa lebih tepat sasaran.
“Orang tua adalah mitra penting kami dalam mendampingi anak-anak di dunia maya. Dengan kerja sama yang solid, kami berharap siswa bisa lebih terarah dalam menggunakan media sosial secara positif,” katanya.
Melalui berbagai langkah ini, SMAN 1 Praya berharap siswa dapat lebih memahami etika bermedia sosial, untuk menghindari tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Media sosial itu punya potensi besar untuk hal-hal positif. Kalau digunakan dengan bijak, bisa jadi alat untuk menambah pengetahuan dan berbagi inspirasi. Kami ingin siswa kami menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab dalam dunia digital,” tutup H. Kadian.
Dengan langkah-langkah nyata itu, SMAN 1 Praya membuktikan jika pendidikan bukan hanya soal ilmu di kelas, tapi juga soal membentuk karakter di dunia maya. Semoga langkah ini bisa menginspirasi sekolah lain untuk ikut serta mendampingi generasi muda agar lebih bijak dan bertanggung jawab dalam berinteraksi di jagat digital.(fit)