Era digital saat ini berkembang sedemikian pesat, yang ditandai oleh konvergensi antara kecerdasan buatan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi. Penggunaan internet yang luas dan akses mudah ke media sosial telah mengubah cara anak-anak berinteraksi dan mengakses informasi. Bahkan teknologi semakin mendominasi aktifitas anak sehari-hari. Meskipun teknologi menawarkan berbagai manfaat, seperti kemudahan belajar dan komunikasi, terdapat juga risiko yang mengintai, salah satunya adalah kekerasan online. Kekerasan online, yang mencakup perundungan siber (cyberbulling), pelecehan seksual digital, dan eksploitasi anak, menjadi ancaman nyata bagi perkembangan anak.
Menurut penelitian oleh UNICEF, banyak anak mengakses internet tanpa pengawasan yang cukup, yang meningkatkan risiko paparan pada konten berbahaya atau perilaku kekerasan dari pihak luar. Dalam pengasuhan digital, orang tua perlu memperkenalkan dan membiasakan anak-anak dengan cara aman dalam berinteraksi online, membatasi waktu layar, serta memantau aplikasi atau platform yang mereka gunakan. Oleh karena itu, peran pengasuhan digital dalam keluarga sangat penting untuk membentuk generasi yang tangguh yang mampu melindungi diri dari ancaman dunia maya.
Contents
Tantangan Kekerasan Online terhadap Anak
Anak-anak sering menjadi target empuk bagi pelaku kejahatan di dunia maya karena mereka masih rentan dan belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai ancaman online. Bentuk kekerasan online terhadap anak dapat datang dalam berbagai bentuk, mulai dari perundungan siber (cyberbullying), eksploitasi seksual daring, hingga pencurian data pribadi dan identitas. Perundungan siber, misalnya, dapat merusak kesehatan mental anak-anak, menurunkan rasa percaya diri, dan menyebabkan depresi atau kecemasan. Menurut data hasil survei Center for Digital Society meninjukkan jumlah korban anak yang mengalami cyberbulling semakin meningkat, terutama dikalangan ana-anak dan remaja. Pada tahun 2021 sekitar 45,35% siswa SMP dan SMA di Indonesia pernah menjadi korban cyberbulling. Tahun 2022, survei UNICEF menunjukkan 45% dari 2.777 anak Indonesia mengaku pernah mengalami bulling di dunia maya.
Data terbaru mengenai anak korban cyberbullying di Indonesia menunjukkan peningkatan kekhawatiran akan dampak buruk pada kesejahteraan mental dan emosional anak. Survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan bahwa pada 2022, sekitar 9,1% anak-anak di Indonesia melaporkan pernah menjadi korban ancaman daring, seperti pemerasan atau ancaman untuk menyebarkan konten pribadi mereka. Selain perundungan, kekerasan dalam bentuk pelecehan seksual daring juga menjadi ancaman serius.
Semakin meningkatnya kasus kekerasan online yang dialami anak dipengaruhi banyak faktor, termasuk pola asuh orang tua yang kurang tepat serta kurangnya pengawasan dalam penggunaan media digital. Hal ini menjadi faktor yang paling sering menjadi penyebab anak dengan mudah terpapar dampak buruk dunia online.
Peran Pengasuhan Digital dalam Keluarga
Pengasuhan digital mengacu pada pendekatan orang tua dalam mengawasi, mendidik, dan membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi dengan bijak. Orang tua memainkan peran penting dalam melindungi anak-anak dari bahaya dunia maya, sekaligus memberikan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi dunia digital dengan aman. Pengasuhan digital bukan hanya tentang membatasi akses anak terhadap perangkat elektronik, tetapi lebih pada membentuk sikap dan kebiasaan yang sehat dalam berinteraksi dengan teknologi. Beberapa hal penting yang dapat dilakukan orang tua dalam pengasuhan digital meliputi:
- Membangun komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Orang tua perlu menciptakan lingkungan yang aman bagi anak untuk berbicara tentang pengalaman mereka di dunia maya. Hal ini mencakup diskusi mengenai konten yang mereka temui, interaksi dengan teman-teman online, serta potensi risiko yang mereka hadapi. Dengan adanya komunikasi yang baik, anak-anak akan merasa lebih nyaman untuk melapor jika mereka mengalami perundungan atau pelecehan di dunia maya. Orang tua juga perlu mengajarkan anak tentang pentingnya berbagi informasi pribadi secara bijak, serta menghindari berbicara dengan orang asing di internet.
- Memberikan edukasi tentang Etika Digital. Pentingnya mengedukasi anak tentang menghormati orang lain di dunia maya, tidak menggugah informasi pribadi, serta melaporkan tindakan tidak pantas.
- Orang tua perlu mengajarkan anak tentang konsep privasi di dunia maya. Anak-anak harus diberikan pemahaman yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan di internet, seperti informasi pribadi, foto, atau lokasi mereka. Pendidikan mengenai privasi ini penting untuk mengurangi risiko eksploitasi dan pencurian identitas.
- Pendidikan digital; Membekali anak dengan ke keterampilan untuk menghadapi dunia maya. Anak-anak perlu diajarkan untuk berpikir kritis dan memilah informasi yang mereka temui di internet. Anak-anak juga harus diberi pemahaman tentang bagaimana melindungi diri mereka secara online, mulai dari menggunakan kata sandi yang kuat hingga mengenali tanda-tanda penipuan atau scam. Pendidikan digital yang baik dapat membekali anak-anak dengan keterampilan yang diperlukan untuk bertahan di dunia maya yang penuh dengan potensi risiko. Dengan pemahaman yang mendalam, anak-anak tidak hanya dapat menghindari ancaman, tetapi juga dapat menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab dan bijaksana.
- Memanfaatkan alat pengawasan digital. Pemanfaatan aplikasi yang bermanfaat mengamankan akses anak ke dunia maya. Selain edukasi, orang tua juga dapat melakukan pengawasan aktifitas online dengan alat pemantauan seperti parental control sehingga oranng tua dapat membatasi akses anak ke situs atau konten yang tidak sesuai. Berbagai aplikasi dan perangkat lunak memungkinkan orang tua untuk memantau aktivitas online anak, seperti situs web yang dikunjungi, pesan yang dikirim, dan teman-teman yang berinteraksi di media sosial. Dengan menggunakan alat pengawasan ini, orang tua dapat mendeteksi potensi ancaman kepada anak lebih cepat sehingga dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi anak-anak.
- Memberikan contoh penggunaan digital yang sehat. Orang tua sebagai role model yang paling dekat dengan anak dapat mencontohkan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab, termasuk diantaranya melakukan pengaturan waktu atau menyeimbangkan waktu penggunaan gadget, serta waktu online dan offline.
Kesimpulan
Kekerasan online terhadap anak merupakan ancaman yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, pengasuhan digital memainkan peran yang sangat penting dalam melindungi anak-anak dari potensi bahaya dunia maya. Melalui komunikasi yang terbuka, penggunaan alat pengawasan digital yang bijak, dan pendidikan tentang keamanan serta etika digital, orang tua dapat membantu anak-anak membentuk keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menavigasi dunia maya dengan aman. Pengasuhan digital yang efektif dapat membentuk generasi yang tangguh, yang tidak hanya memahami manfaat teknologi, tetapi juga tahu cara melindungi diri dari kekerasan online yang semakin kompleks.
Referensi:
Cyberbullying Research Center. (2023). Cyberbullying Statistics. Retrieved from https://cyberbullying.org
Internet Watch Foundation (IWF). (2023). Annual Report. Retrieved from https://www.iwf.org.uk
Pew Research Center. (2020). Teens, Social Media & Technology. Retrieved from https:/
/www.pewresearch.org
Penulis : Nisfawati Laili Jalilah, M.H
Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram
Mahasiswa Program S3 HKI UIN Mataram