Dari Ladang Tembakau ke Negeri Formosa: Kisah Perjuangan Pak Ical, Doktor Muda dari Desa Selaparang

19
×

Dari Ladang Tembakau ke Negeri Formosa: Kisah Perjuangan Pak Ical, Doktor Muda dari Desa Selaparang

Sebarkan artikel ini
 

Di balik hamparan hijau ladang tembakau Desa Selaparang, Lombok Timur, terukir sebuah kisah luar biasa tentang perjuangan, ketekunan, dan mimpi besar. Nama Rizal M. Suhardi—akrab disapa Pak Ical—mungkin belum akrab di telinga banyak orang. Namun bagi siapa pun yang mengenal perjalanannya, ia adalah simbol harapan. Ia adalah bukti nyata bahwa anak desa bisa berdiri sejajar di panggung dunia.

Akar yang Menguatkan

Pak Ical lahir dan besar di lingkungan yang sederhana. Ia terbiasa menghabiskan masa kecilnya dengan mencangkul di ladang, membantu orang tua menanam dan memanen tembakau. Tidak ada kemewahan, tak ada akses mudah menuju dunia akademik internasional yang kini ia masuki. Tapi sejak kecil, ada satu hal yang tertanam kuat dalam dirinya: keinginan untuk belajar dan keluar dari garis batas yang selama ini membungkus desanya.

“Waktu kecil saya cuma tahu, kalau ingin hidup berubah, ya harus sekolah tinggi,” kenangnya suatu waktu. Kalimat sederhana, tapi menjadi bahan bakar tekadnya hingga hari ini.

Langkah Pertama: Menapak di Tanah Sendiri

Lulusan Universitas Hamzanwadi di Selong, Lombok Timur, Pak Ical menyelesaikan studi Sarjana Pendidikan Biologi pada tahun 2014. Namun bagi dia, gelar sarjana bukanlah titik akhir. Ia ingin membuktikan bahwa anak dari desa kecil pun bisa bersaing secara akademik di level nasional—dan lebih jauh lagi, internasional.

Pada tahun 2015, berkat kerja keras dan dedikasi, ia meraih Beasiswa LPDP dan diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, untuk melanjutkan studi magister di bidang Biologi. Dua tahun penuh ia habiskan di kota pelajar, membekali diri dengan ilmu, pengalaman, dan jaringan akademik. Di sinilah dirinya semakin mantap memupuk mimpi untuk menempuh jenjang doktoral.

Terbang ke Negeri Jauh: Taiwan

Tahun 2022 menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Ia diterima di National Sun Yat-sen University (NSYSU) di Kota Kaohsiung, Taiwan—salah satu kampus terbaik di Asia Timur—untuk studi doktoral. Dengan NSYSU Scholarship dan Elite Doctoral Scholarship, serta Dr. Chi-Chu Tsai Memorial Scholarship, Pak Ical menjalani studi S3 di bidang Biologi dengan penuh dedikasi.

Di tengah keterasingan budaya, bahasa, dan jauhnya tanah kelahiran, Pak Ical tidak menyerah. Ia justru menjadikan semua tantangan itu sebagai batu loncatan untuk berkembang. Ia tak hanya belajar dan meneliti, tetapi juga menjadi Research Assistant di kampusnya dan Program Manager di Straya Language Institute, tempat ia membantu anak-anak muda Indonesia meraih beasiswa luar negeri.

“Saya tahu rasanya bingung, takut, tidak percaya diri. Itu yang mendorong saya untuk membantu mahasiswa lain agar bisa berani melangkah lebih jauh,” tuturnya.

Dingin Baju Wisuda, Hangat Cinta Tanah Air

Pada tahun 2025, Pak Ical resmi menyandang gelar Doktor Biologi dari NSYSU. Sebuah prestasi monumental, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk desanya, untuk Lombok Timur, bahkan untuk Indonesia. Dari ladang tembakau, ia kini menjadi bagian dari komunitas ilmuwan internasional—membawa cerita bahwa pendidikan adalah jalan paling bermakna menuju perubahan.

Meski kini ia tinggal jauh dari kampung halaman, cintanya pada tanah kelahiran tidak pernah luntur. Ia kerap pulang ke Lombok, berbagi cerita, mengisi seminar, dan mendorong pemuda-pemudi desa agar berani bermimpi besar.

“Saya ingin membuktikan bahwa kita tidak butuh lahir dari keluarga kaya atau tinggal di kota besar untuk jadi orang besar. Kita hanya butuh keyakinan, kemauan belajar, dan kerja keras yang konsisten,” kata Pak Ical.

Inspirasi yang Terus Hidup

Kini, nama Pak Ical telah menjadi inspirasi. Ia adalah sosok yang tidak hanya membangun mimpi untuk dirinya sendiri, tetapi juga membantu membukakan jalan bagi orang lain. Ia adalah perwujudan pepatah lama: dari desa untuk dunia.

Perjalanan akademik Pak Ical adalah kisah tentang kekuatan mimpi, tentang keberanian menembus batas, dan tentang tanggung jawab kembali ke akar setelah berhasil tumbuh. Ia mengajarkan kita bahwa gelar tidak hanya untuk gengsi, tetapi untuk memberi, berbagi, dan mengubah lingkungan menjadi lebih baik.

Dari panasnya ladang tembakau ke dinginnya baju wisuda di luar negeri, Pak Ical adalah kisah nyata yang pantas dikenang dan diteladani.


“Saya hanya anak desa biasa. Tapi saya percaya, ketika kita berani bermimpi dan mau bekerja keras, dunia akan memberi jalan.”
Rizal M. Suhardi (Pak Ical)

Berlangganan Yes No thanks