Lombok Tengah | Lombok Fokus — Dapur penyedia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lombok Tengah kembali jadi sorotan publik. Pasalnya, menu yang dibagikan kepada siswa SDN 22 Praya diduga tidak sesuai dengan standar gizi yang telah ditetapkan pemerintah.
Sejumlah orang tua murid mengeluhkan menu yang diterima anak-anak mereka karena dianggap jauh dari konsep “makan bergizi” yang dijanjikan. Salah satu wali murid asal Praya berinisial LJ mengaku kecewa lantaran anaknya hanya mendapatkan snack kemasan dan satu buah jeruk saat pembagian menu MBG.
Padahal, sesuai pedoman teknis, paket makanan MBG seharusnya terdiri atas makanan utama bergizi seimbang yang mencakup karbohidrat, protein, sayur, dan buah.
“Anak saya cuma dapat jajanan bungkus dan jeruk satu biji. Kalau seperti ini, namanya bukan makan bergizi gratis, tapi cuma bagi jajanan. Saya kecewa,” ujar LJ, wali murid asal Praya, Senin (13/10/2025).
Ia menilai pelaksanaan program MBG di sekolah tersebut tidak mencerminkan tujuan awal pemerintah untuk meningkatkan gizi anak sekolah dasar.
“Kalau memang niatnya membantu anak-anak biar sehat, harusnya menu yang disajikan benar-benar bergizi. Jangan hanya formalitas laporan saja,” tambahnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dapur SPPG Praya, Lalu Ahmad Wirayuda, selaku penyedia menu MBG di SDN 22 Praya, memberikan klarifikasi. Ia menyampaikan bahwa pemberian snack kemasan dan buah dilakukan atas permintaan pihak sekolah.
“Kami hanya mengikuti permintaan pihak sekolah. Mereka yang meminta menu ringan dalam bentuk snack kemasan dan buah,” jelas Lalu Ahmad Wirayuda.
Wirayuda juga mengakui adanya kendala dalam menentukan komposisi gizi sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang menjadi acuan program MBG.
“Masalah komposisi gizi memang agak sulit kami tentukan secara tepat. Tidak mudah memastikan semua unsur gizinya terpenuhi dalam satu menu,” ujarnya.
Sementara itu, pihak sekolah memberikan penjelasan tambahan. Salah satu guru SDN 22 Praya mengatakan bahwa menu berupa snack kemasan hanya diberikan kepada siswa kelas 3, 4, dan 5 yang masuk siang karena sedang ada proyek pembangunan sekolah.
“Yang dapat snack itu hanya kelas 3, 4, dan 5 karena mereka masuk siang. Untuk kelas 1, 2, dan 6 yang masuk pagi tetap dapat menu nasi seperti biasa,” ujarnya.
Guru tersebut menambahkan, sekolah hanya bertugas membagikan makanan sesuai dengan apa yang diterima dari dapur penyedia.
“Kami hanya menerima dan membagikan. Semua menu disiapkan oleh dapur,” ujarnya singkat.
Untuk diketahui, satu porsi menu MBG di Lombok Tengah bernilai sekitar Rp10.000. Dengan nilai tersebut, seharusnya penyedia mampu menghadirkan menu bergizi seimbang sesuai panduan pemerintah, bukan hanya jajanan kemasan dan buah.
Program MBG di Lombok Tengah melibatkan puluhan dapur penyedia yang tersebar di sejumlah kecamatan. Namun, pelaksanaan di lapangan kini banyak menuai perhatian karena diduga tidak memenuhi standar gizi sebagaimana tujuan awal program.