Example floating
Example floating
Daerah

Club Malam 24 Jam Pantai Duduk Disoal Warga

355
×

Club Malam 24 Jam Pantai Duduk Disoal Warga

Share this article

LombokFokus|Batu Layar – Ketika alam dan ketenangan jadi alasan pindah ke bukit, siapa sangka yang didapat malah dentuman musik tanpa henti? Inilah yang dirasakan warga Dusun Duduk, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Mereka kini harus menghadapi kenyataan baru, suasana rumah yang berubah seperti berada di tengah-tengah club malam terbuka 24 jam.

Sumber kebisingan itu, datang dari deretan warung-warung ilegal di sepanjang Pantai Duduk. Setiap hari, dari pagi hingga larut malam, musik karaoke dan dangdut menggema dari speaker besar — bukan hanya memekakkan telinga wisatawan, tapi menyusup ke dalam rumah-rumah di atas bukit.

“Saya pindah ke sini karena ingin hidup tenang, tapi sekarang malah serasa tinggal di tengah panggung konser,” keluh salah satu warga setempat, Senin (4/8/2025), yang mengaku sudah lelah dengan situasi ini.

Seorang warga yang tidak ingin namanya dimediakan, mengaku jika warga telah melakukan berbagai upaya. Petisi, laporan resmi, bahkan permintaan langsung ke Kepala Dusun, Kepala Desa, Camat, Polsek, hingga Satpol PP — semuanya telah ditempuh. Tapi hasilnya? Minim. Meski pernah ada peneguran, banyak pemilik warung justru menambah jumlah speaker, seakan tak peduli dengan aturan atau lingkungan sekitar.

Ironisnya, sebagian besar warung tersebut tidak memiliki izin resmi. Namun, masalah utama bukan semata soal legalitas, melainkan sikap masa bodoh terhadap kenyamanan warga. Bisingnya musik tak hanya mengganggu waktu istirahat, tapi juga berdampak pada kesehatan mental dan kehidupan keluarga.

“Kami tidak anti wisata atau usaha lokal. Tapi harusnya ada batas. Ini sudah kelewatan,” kata warga lainnya yang ikut menandatangani petisi.

Kini, warga berharap pemerintah dan aparat, benar-benar serius menindaklanjuti keresahan ini. Jika dibiarkan, Pantai Duduk bukan hanya akan kehilangan keasriannya, tapi juga berubah menjadi zona hiburan liar, yang merusak citra pariwisata Lombok.

Kisah ini menjadi gambaran nyata tentang apa yang terjadi, ketika penegakan aturan longgar dan suara masyarakat diabaikan. Di tengah kebisingan, suara warga justru makin tenggelam.(djr)

Iklan Ikuti Saluran Lombok Fokus

Ikuti Saluran
Lombok Fokus

Ikuti di WhatsApp
Example 120x600
Example 120x600