LOMBOK FOKUS | Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2020. Ekonomi Indonesia tumbuh negatif pada angka minus 5,32 persen (year on year). Nilai minus tersebut lebih dalam dari prediksi dari berbagai pengamat ekonomi dan lembaga terkait.
Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk provinsi di Indonesia yang mengalami pertumbuhan negatif.
Kondisi penurunan ekonomi NTB pada periode bulan April – Juni tahun 2020 merupakan dampak dari berbagai pembatasan mobilitas masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pembatasan ini dilakukan guna menghindari kondisi penyebaran covid 19 yang lebih buruk di NTB. Penutupan penerbangan domestik dan internasional telah melumpuhkan sektor ekonomi terkait pariwisata di NTB.
Dampak Covid-19 di dunia pariwisata pun, saat ini mulai terasa dengan banyaknya pegawai hotel yang mulai cuti. Misalnya, sebanyak 1.320 karyawan dari 17 hotel di Kabupaten Lombok Barat, karena sudah tidak ada lagi tamu yang menginap sejak merebaknya Covid-19 di Indonesia. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, menyebutkan ada tujuh hotel yang mengambil kebijakan menutup usahanya untuk sementara waktu. Dengan melakukan Kebijakan untuk merumahkan karyawan, dengan harapan supaya virus tidak menyebar luas dan mmelindungi para karyawannya, kata KDPKLB.
Wabah ini sudah sangat merugikan perekonomian dunia, dan sampai saat ini masih berkelansungan, dan kita Cuma bias berdoa dan berharap semoga wabah ini segera berakhir. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan penurunan nilai tambah atau PDRB atas dasar harga berlaku sektor industri dan pariwisata menjadi minus 5,4 hingga 12,23. Suntono menjelaskan, shock di sektor pariwisata mengurangi jumlah orang bekerja 56 ribu hingga 172 ribu orang, lebih rendah dibandingkan shock sektor industri sebesar 128 ribu hingga 215 ribu orang. ”Industri memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja,” jelasnya.
Hal itu menunjukkan, bila Covid-19 berdampak pada kegiatan industri maka menimbulkan pengangguran yang lebih besar. Ia menyebut, terdapat selisih cukup besar pengaruh penurunan PDRB sektor pariwisata dan industri. Hal itu menunjukkan, industri pengolahan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian NTB.
”Industri pengolahan menjadi leading sector, sektor penyerap tenaga kerja terbesar kedua, dan sektor dengan jumlah usaha terbanyak kedua di NTB,” katanya.
Meski demikian, sektor pariwisata merupakan sektor yang berpotensi mendorong perekonomian NTB. Sebab dia merupakan gabungan usaha perdagangan, transportasi, penyedia akomodasi, serta penyedia makan-minum. ”Ke depan sektor ini dapat mendorong perekonomian NTB lebih cepat,”