Scroll untuk baca artikel
Covid-19Ekonomi

Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Masyarakat NTB

87
×

Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Masyarakat NTB

Sebarkan artikel ini
 
Ayuwarni Cahyanti, Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi,Universitas Nahdlatul Ulama NTB

LOMBOK FOKUS | Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2020. Ekonomi Indonesia tumbuh negatif pada angka minus 5,32 persen (year on year). Nilai minus tersebut lebih dalam dari prediksi dari berbagai pengamat ekonomi dan lembaga terkait.

Salah satu pertanyaan yang mencuat setelah Indonesia mengalami pertumbuhan negatif adalah apakah Indonesia akan masuk ke kondisi resesi ekonomi menyusul negara-negara lain di dunia akibat pandemi covid 19? Istilah resesi dalam ekonomi makro diartikan sebagai kondisi ketika pertumbuhan ekonomi bernilai negatif selama dua kuartal (triwulan) atau lebih dalam satu tahun.
Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk provinsi di Indonesia yang mengalami pertumbuhan negatif.

Pada triwulan II tahun 2020, Provinsi NTB mengalami pertumbuhan negatif pada angka minus 1,41 persen (year on year). Istilah pertumbuhan ekonomi year on year menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2020 dibandingkan triwulan II tahun 2019.
Dibandingkan 2 (dua) provinsi tetangga, kondisi pertumbuhan ekonomi NTB relatif lebih baik. Provinsi Bali memiliki pertumbuhan ekonomi pada angka minus 10,98 persen, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada angka minus 1,96 persen.

 
Kondisi penurunan ekonomi NTB pada periode bulan April – Juni tahun 2020 merupakan dampak dari berbagai pembatasan mobilitas masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pembatasan ini dilakukan guna menghindari kondisi penyebaran covid 19 yang lebih buruk di NTB. Penutupan penerbangan domestik dan internasional telah melumpuhkan sektor ekonomi terkait pariwisata di NTB.

Berdiam di rumah dinilai bukan lagi solusi untuk NTB. Sebab, pandemi Covid-19 benar-benar memukul perekonomian NTB. Jika tidak diantisipasi dengan tepat, ketahanan ekonomi Bumi Gora pun terancam. ”Semua sektor mengalami penurunan (permintaan),” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Suntono, usai memaparkan hasil kajiannya di kantor gubernur NTB.

Dalam simulasi shock yang dilakukan BPS terhadap sektor industri dan pariwisata, terjadi penurunan permintaan cukup parah. Misalnya sektor pariwisata, sepinya industri pariwisata membuat permintaan mobil, sepeda motor, dan reparasi turun dari 16,18–73,40 persen. Demikian juga permintaan perdagangan eceran dan besar turun antara 25 hingga 75 persen.
Pemintaan angkutan darat turun antara 20,62 hingga 82,31 persen, permintaan angkutan udara turun antara 26,59 hingga 80,26 persen. Permintaan penyediaan makanan dan minuman turun dari 25-75 persen.

Dari sisi pariwisata, dengan adanya penyebaran Covid-19, wisatawan asing akan enggan untuk bepergian keluar dari negaranya sampai negara-negara tujuan pariwisata dinyatakan aman, sehingga pemasokan masyarakat jadi tidak ada, dan juga segala bentuk aktivitass ekonomi dibatasi, sehingga masyarakat yang kebiasaanya melakukan kegiatan ekonomi di luar menjadi tidak bila produktif lagi, dan juga sumber perekonomian terbesarnya yang berasal dari wisatan dari luar juga sudah sepi sehingga kebanyakan masyarakat mengalami pengangguran dan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 
Dampak Covid-19 di dunia pariwisata pun, saat ini mulai terasa dengan banyaknya pegawai hotel yang mulai cuti. Misalnya, sebanyak 1.320 karyawan dari 17 hotel di Kabupaten Lombok Barat, karena sudah tidak ada lagi tamu yang menginap sejak merebaknya Covid-19 di Indonesia. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, menyebutkan ada tujuh hotel yang mengambil kebijakan menutup usahanya untuk sementara waktu. Dengan melakukan Kebijakan untuk merumahkan karyawan, dengan harapan supaya virus tidak menyebar luas dan mmelindungi para karyawannya, kata KDPKLB.

READ  Bersama Pemda Lotim BPJS Ketenagakerjaan Sosialisasikan Manfaat BPJSTK ke CPMI

Wabah ini sudah sangat merugikan perekonomian dunia, dan sampai saat ini masih berkelansungan, dan kita Cuma bias berdoa dan berharap semoga wabah ini segera berakhir. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan penurunan nilai tambah atau PDRB atas dasar harga berlaku sektor industri dan pariwisata menjadi minus 5,4 hingga 12,23. Suntono menjelaskan, shock di sektor pariwisata mengurangi jumlah orang bekerja 56 ribu hingga 172 ribu orang, lebih rendah dibandingkan shock sektor industri sebesar 128 ribu hingga 215 ribu orang. ”Industri memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja,” jelasnya.

Hal itu menunjukkan, bila Covid-19 berdampak pada kegiatan industri maka menimbulkan pengangguran yang lebih besar. Ia menyebut, terdapat selisih cukup besar pengaruh penurunan PDRB sektor pariwisata dan industri. Hal itu menunjukkan, industri pengolahan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian NTB.
”Industri pengolahan menjadi leading sector, sektor penyerap tenaga kerja terbesar kedua, dan sektor dengan jumlah usaha terbanyak kedua di NTB,” katanya.

Meski demikian, sektor pariwisata merupakan sektor yang berpotensi mendorong perekonomian NTB. Sebab dia merupakan gabungan usaha perdagangan, transportasi, penyedia akomodasi, serta penyedia makan-minum. ”Ke depan sektor ini dapat mendorong perekonomian NTB lebih cepat,”

www.lombokfokus.com
Berlangganan Yes No thanks