Mataram, LombokFokus.Com,- Kondisi politik menjelang April 2019 semakin memanas, munculnya Hoax dan politik identitas menjadi persoalan dalam pemilu.
Pemuda Pengawal Ideologi Bangsa melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan temaMenangkal Isu Hoax, Hate Space, propaganda dan radikalisme untuk mewujudkan pemilu 2019 yang damai sejuk dan bermartabat di provinsi Nusa Tenggara Barat. 12/02/19
Peserta FGD teridiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang ada di Nusa Tenggara Barat dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berlokasi di Bidari Hotel Cakranegara Mataram.
Menurut Arief Dai Sujai selaku Ketua Panita mengatakan bahwa Hoax dan Isu Sara serta ujaran kebencian merupakan hal negatif yang bisa merusak pemilu, sehingga dari itulah acara Focus Grup Discussion dilaksanakan. “Kita tidak mau hal-hal yang negatif dan lain sebagainya yang bisa merusak suasana pemilu. Itu lah dasar kita untuk mengadakan FGD.” Ungkap Arief dalam sambutannya.
Melaui acara ini, Arief berharap para pemuda bisa satukan komitmen untuk menciptakan pemilu Damai. “Kita satukan komitmen untuk menciptakan pemilu yang damai.” Tambahnya.
Focus Group Discussion berlangsung dengan materi dari penyelenggara pemilu dan pengamat politik.
Abdul Hilman perwakilan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Barat mengucapkan, Hoax merupakan ancaman yang berbahaya yang akan mengancam semua sisi, “Satu hal yang perlu kita lihat bahwa Hoax menghantam semua sisi, tidak hanya lembaga penyelenggara namun semua sisi”. Ungkapnya.
“Interaksi sosial yang sekarang tidak ada tameng, sehingga polarisasi interaksi Mendeskontruksi semua hal.” Lanjutnya.
Untuk itu KPU sudah hadir memberikan solusi dengan cara membuat Relawan Demokrasi untuk menyentuh masyarakat akar rumput hingga ke pelosok desa. “KPU sudah membuat Relawan Demokrasi yang akan menyentuh beberapa golongan termasuk disabilitas.” Pungkasnya.
Pemateri dari Bangkesbangpoldagri, Abdul wahid staf khusus mewakili Kepala bangkesbangpoldagri NTB, mengatakan bahwa banyak ancaman negara yang dihadapi sekarang ini. “Ada ancaman kebangsaan, yang namanya ancaman kebangsaan yaitu berkurangnya penghayatan tentang nilai kebhinekaan, berkurangnya penghayatan nilai luhur.” Ungkapnya.
Peran pemerintah terkait dengan menangkal hoax, hate space, dan radikalisme. Telah melakukan berbagai macam cara.
Pemerintah hadir dengan cara melakukan deradikalisasi dan menggandeng para tokoh. “Peran pertama yaitu pemerintah telah banyak melalukan hal-hal terkait radikalisme yaitu pemerintah sudah melalukan deradikalisasi, membuat BNPT, dan turun sosialisasi. Bersinergi dengan tokoh masyarakat serta tokoh agama.” Jelasnya.
Terkait dengan Pemilu, pemerintah berkewajiban untuk memberikan regulasi dan kedaulatan rakyat. “Pemerintah berkewajiban memfasilatasi kedaulatan rakyat dengan menyelenggarakan pemilu serentah melalui regulasi. ” Tambahnya.
Abdul Wahid berpesan kepada para peserta menjadi fasilitator menciptakan pemilu Damai. “Peran generasi muda sebagai fasilitator untuk menciptakan pemilu yang damai” Pesannya saat menyampaikan materi.
Dr. Kadri, M. SI selaku pemateri dari kalangan akademisi dan pengamat politik mengungkapkan bahwa pemilu 2019 banyak mengalami tantangan perubahan, “Pemilu merupakan pilihan kolektif dengan cara Demokrasi, tapi dinamika pemilu kita banyak tantangan yang berubah. ” Ungkapnya.
Dalam menyikapi tantangan itu, Kadri berpesan bahwa semua element masyarakat harus bersatu dan secara kolektif menciptakan pemilu yang ideal. “Kita harus secara kolektif membangun pemilu yang ideal.” Tambahnya
Solusi yang ditawarkan oleh Dr. Kadri
Solusi jangka pendek, mendorong kesadaran bahwa politik ini alat bukan tujuan, untuk menciptakan pemimpin yang baik maka harus menciptakan demokrasi.
Lebih menarik lagi Dr. Kadri mengatakan bawha Politisi sekarang ini menjadi pembuat meme. “Politisi kita banyak sebagai pelopor Hoax,politisi kita malah buat meme.”
” Politik itu melakukan ujaran yang baik bukan ujaran kebencian.” Tambahnya
Lebih lanjutnya lagi, ia mengatakan bahwa solusi untuk memperat nilai ke ban fs aan harus ada forum-forum yang tidak ada muatan politik yang bisa menimbulkan konflik. “Polarisasi harus memperbanyak forum silaturahmi sepeti forum diskusi tanpa muatan politik.” Tambahnya.
Untuk menutup Closing Statmen, Dr. Kadri berharap ada generasi yang cerdas dan rasional. “Bagaimana kita menjadi generasi yang rasional dan generasi yang Tabayyun.”
(Dk)