Penulis : Nurdahlia, Mahasiswa PendidikanGuru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Mataram
Akhlak menurut imam Al – Ghazali : “ Akhlak adalah suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan perbuatan – perbuatan atau pengamalan dengan mudah tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan, jika kemantapan itu sedemikian sehingga menghasilkan amal – amal yang baik, yaitu amal yang baik menurut akal dan syariah, maka itu disebut akhlak yang baik. Jika amal – amal yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu amal yang tercela, maka itu dinamakan akhlak yang buruk.”
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal agama, maka tindakan itu dinamakan akhlak yang baik (akhlaqul karimah), dan sebaliknya jika tindakan spontan itu jelek, maka disebut akhlak yang jelek (akhlakuqul mahmudah).
Masa kanak – kanak sering disebut dengan masa emas (golden age) karena pada masa ini otak dan fisik anak tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat, pada masa ini seorang pendidik harus bisa mengajarinya tentang aklak yang baik agar anak tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang terpuji.
Al – quran telah memberikan gambaran yang jelas bagaimana cara mendidik anak sehingga mempunyai akhlak yang baik, baik kepada Allah Swt, kepada orang tua, kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.
Akhlak baik kepada Allah Swt.
Sebagaimana dijelaskan dalam (QS. Lukman [31]: 13)
“ Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu iya memberi pelajaran kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar – benar kezaliman yang besar”. (QS. Lukman [31]: 13 ).
Ayat tersebut mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya. Bahwa pesan tersebut yang berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik Kemudian anak – anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat. Sehingga terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan penciptanya. Imam al – Ghazali menjelaskan bahwa seorang anak yang telah mencapai usia tamyiz (7 – 10 tahun), maka hendaklah tidak dibiarkan meninggalkan thaharah (bersuci) dan shalat. Juga mulai diperintahkan berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda: “perintahkanlah kepada anak – anak kalian untuk mengerjakan shalat bila mulai berusia 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya karena telah berusia 10 tahun, dan pisahkanlah mereka dari tempat tidurnya masing – masing.” (HR. Abu Dawud).
Akhlak baik kepada orang tua
Sebagaimana dijelaskan dalam (QS. Al – Isra’ [17]: 23 – 24)
“Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Allah dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua – keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaamu, maka sekali – sekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al – Isra’ [17]: 23).
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “wahai tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil. ” (QS. Al – Isra’ [17]: 24).
Dalam ayat tersebut begitu tampak bagaiman Islam mendidik anak – anak untuk selalu berbuat baik terhadap orang tua sebagai rasa terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah mereka lakukan untuk anak – anaknya. Al – Ghazali menegaskan bahwa seorang anak haruslah di didik untuk selalu taat kepada kedua orang tuanya, gurunya serta yang bertanggung jawab atas pendidikannya. Hendaklah menghormati mereka serta siapa saja yang lebih tua daripadanya, agar senantiasa bersikap sopan dan tidak bercanda atau bersenda gurau dihadapan mereka.
Akhlak baik kepada Orang Lain
Sebagaimana dijelaskan dalam (QS. Lukma [31]: 18)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18)
Ayat tersebut mengisyaratkan agar berbuat baik dan sopan santun dengan sesama manusia, yaitu dilarang untuk memalingkan mukanya yang didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap sesama, sombong atas mereka dan berjalan dimuka bumi ini dengan congkak. Karena perilaku-perilaku tersebut tidak disenangi oleh Allah dan dibenci manusia.
Akhlak baik kepada diri sendiri
Sebagaimana dijelaskan dalam (QS. Lukma [31]: 19)
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman [31]: 19)
Bersamaan dengan larangan berjalan dengan congkak. Allah memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan, dengan tidak menghempaskan tenaga dalam bergaya, tidak melengak-lengok, tidak memanjangkan leher karena angkuh, tetapi berjalan dengan sederhana, langkah sopan dan tegap. Memelainkan suara adalah budi yang luhur. Begitu pula percaya diri dan tenang karena berbicara jujur. Suara lantang (melengking) dalam berbicara termasuk perangai yang buruk. Tetapi, tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati dan berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa, jangan membusungkan dada dan jangan merunduk bagaikan orang sakit.
Demikian, Allah telah memberikan contoh kongkret mendidik akhlak anak-anak. Jika setiap orang tua dapat melaksanakannya dengan baik, maka besar harapan anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia Muslim yang berakhlak baik.